Bagi seorang wanita, dapat memberi
ASI ekslusif pada bayi mereka pasti
dapat menjadi aktifitas yang menyenangkan karena tidak semua wanita dapat
menyusui, apalagi bagi ibu yang harus bekerja. Untuk itu, wanita menyusui perlu
tahu tentang managemen ASI agar ia dapat melakukan aktifitas di kantor dan
sekaligus memberikan gizi terbaik untuk buah hati mereka.
Managemen ASI perah
dilakukan karena seorang ibu yang menyusui perlu untuk memerah ASI setidaknya 2
– 3 jam sekali di kantor. Untuk lebih tahu tentang ASI perah, anda juga perlu
tahu tentang klinik laktasi. Sebenarnya, klinik laktasi didirikan karena memang
diperlukan untuk memberi informasi yang lengkap dan detail tentang ASI dan
menyusui. Disini, para ibu diberi pengertian tentang cara menyusui yang benar.
Di klinik laktasi, seorang
ibu yang tidak mau menyusui bayinya pun digali alasan secara lebih dalam kenapa
ia tidak mau menyusui. Apakah karena ASI kurang, padahal sebenarnya ASI yang
dimilikinya cukup. Selain itu, dokter di klinik laktasi juga diberi tahu cara
menyusui yang benar.
Anda juga perlu tahu bahwa saat
menyusui, bila bayi menghisap ASI panjang, maka pipinya akan kembung bila
dilakukan dengan benar. Selain itu, di klinik laktasi seorang ibu juga diberi
ilmu bagaimana agar ASI-nya lancar, puting susu tidak lecet dan juga bayi mau
menyusui.
Nah,
dengan mendapatkan informasi yang benar dan cukup di klinik laktasi, sekarang
anda harus tahu bagaimana cara menyimpan ASI perah. Pertama-tama, anda harus
menyimpannya di botol atau plastik steril. Kemudian, taruhlah di kulkas di
bagian dalam atau freezer. Dengan cara ini, ASI dapat disimpan selama 3 bulan. Sedangkan
bila ASI disimpan di kulkas biasa, maka ASI hanya dapat bertahan hanya dalam
waktu 3 minggu.
Selanjutnya, bagaimana cara
untuk menggunakan ASI perah dalam botol atau plastik untuk bayi? Ada beberapa
cara yang dapat anda lakukan :
- Diamkan di suhu ruangan.
- Taruhlah di penghangat botol.
- Rendam dalam air panas.
Perhatian : jangan merebus ASI atau
memasukkannya dalam microwave karena ASI yang dihasilkan menjadi tidak sehat. Selamat
menyusui Bunda!
No comments:
Post a Comment