Jutaan orang Amerika mengkonsumsi pil tidur untuk membantu mereka agar dapat tidur nyenyak di malam hari. Tetapi, menurut sebuah penelitian, pil tidur yang ada di pasaran mungkin saja beresiko meningkatkan kematian – meskipun mereka tidak mengkonsumsinya secara rutin.
Penelitian itu menjelaskan bahwa orang yang minum 18 butir pil tidur (atau lebih sedikit) per tahun, mempunyai resiko kematian 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak minum pil tidur. Sedangkan orang yang minum pil tidur lebih dari 132 butir per tahun, mempunyai resiko kematian 5 kali lebih tinggi dan mempunyai resiko terkena penyakit kanker sebesar 35%.
“Kami belum yakin. Tetapi, sepertinya pil tidur juga berbahaya bagi kesehatan seperti halnya merokok,” kata Dr Daniel F. Kripke, seorang professor di Universitas California, San Diego, Amerika.
Seperti yang dilangsir oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan pada tanggal 27 Februari 2012. Para peneliti melibatkan lebih dari 10.500 orang yang mengkonsumsi pil tidur rata-rata selama 2,5 tahun, sekitar tahun 2002 dan 2007. Pil tidur yang diresepkan dokter meliputi benzodiazepines, seperti Restori; non-benzodiazepines, seperti Ambien, Intermezzo, Lunesta, dan Sonata; barbiturates, dan obat penenang antihistamin. Para peneliti juga membandingkan kelangsungkan hidup para pasien yang berjumlah 23.500 orang, sesuai dengan umur, jenis kelamin, gaya hidup, dan masalah kesehatan lain bagi mereka yang tidak mengkonsumi pil tidur.
Resikonya pun ditemukan pada setiap kelompok umur, tetapi yang paling besar berumur 18 – 55 tahun. Para peneliti menemukan resiko yang tinggi ini setelah mengesampingkan faktor-faktor lain yang dapat memicu resiko kematian.
“Kami sudah mencoba berbagai macam cara untuk membuat resiko kematian itu hilang, karena bisa saja seseorang menjadi beresiko disebabkan masalah kesehatan lain. Namun, kemungkinan resiko kematian itu tetap saja ada.” Kata Robert D. Langer, seorang penulis dan juga dokter di Jackson Hole Center untuk Preventive Medicine di Jackson, Wyoming.
“Penelitian kami juga menjelaskan bahwa pil tidur itu berbahaya untuk kesehatan dan mungkin saja dapat menyebabkan kematian serta memicu terjadinya penyakit kanker, jantung, dan penyakit lain,” Kata Kripke yang juga bekerja di Scripps Clinic Viterbi Famili Sleep di San Diego, Amerika.
Banyak studi yang menjelaskan hasil penelitian hanya dengan memperlihatkan sebuah kemungkinan dan tidak membuktikan penyebab serta efek mengkonsumsi pil tidur. Tetapi, Kripke berpendapat bahwa dokter semestinya mencari alternatif untuk menangani masalah insomnia. Dia berkata, bila insomnia disebabkan oleh depresi, dokter seharusnya menyembuhkan masalah psikologi, bukannya malah memberi resep obat tidur.
Lantas, apakah pasien yang mengkonsumi pil tidur perlu merasa khawatir?
“Saya kira, anda perlu mempertimbangkan antara resiko dan manfaat,” Kata dokter Carl Bazil, seorang ahli syaraf dan direktur dari Comprehensive Epilepsy and Sleep Center di Universitas Columbia. “Bila ada cara lain yang dapat membantu anda tidur, maka cara itu menjadi solusi terbaik daripada mengkonsumsi obat tidur.”
Sanofi, produsen obat untuk Ambien, berpendapat tentang pil tidur. “Ambien telah berpengalaman lebih dari 17 tahun dan mengkonsumi pil tidur itu tetap aman serta efektif bila sesuai dengan anjuran dokter dan cara pemakaian yang tepat. Ambien harus diresepkan dengan cara yang ketat seperti yang tercantum di label kemasan dan pasien seharusnya melakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter.”
Sebuah penelitian yang diberitakan oleh HealthDay menyebutkan bahwa hasil penemuan ini menyebabkan banyak orang mengubah kebiasaan mengkonsumsi pil tidur. “Sejak kami mulai memahami hasil dan analisis penelitian tersebut setahun yang lalu, saya dapat katakan bahwa botol resep Ambien tetap tersimpan di rak dan tidak pernah dibuka.” Kata Langer.
No comments:
Post a Comment